Mungkin saat berbicara tentang upacara minum teh maka yang ada dipikiran kita adalah negara Jepang dan China. Hal ini bisa diwajarkan karena teh kebanyakan dikaitkan dengan kedua negara itu. Tapi, tau ga sih ternyata ada juga upacara minum teh di Korea yang biasa disebut dengan Darye.
Upacara minum teh yang ada di Korea ini sedikit berbeda dibandingkan dengan negara Jepang dan China. Dan sekarang kita akan membahas semua hal tentang upacara Darye ini mulai dari sejarah, makna dan lain-lain.
Penasaran? Yuk langsung aja kita bahas.
Menurut Teabox, Darye adalah kosakata bahasa Korea yang diterjemahkan maka artinya adalah “ritual minum teh di siang hari” atau “etika untuk meminum teh”. Kata ini digunakan untuk mendefinisikan acara atau seremoni minum teh di Korea.
Sampai sekarang kata Darye ini masih digunakan oleh banyak orang yang mengadakan acara minum teh baik itu acara formal ataupun acara kasual antara kelaurga dan teman.
Sejarah Upacara Minum Teh Korea (Darye)
Minuman teh sebenarnya sudah diperkenalkan di Korea sejak awal masa Dinasti Goryeo pada tahun 918-1392 lewat seorang biksu Buddha. Tapi kata Darye baru dicetuskan pada tahun 1970 untuk mendefinisikan upacara minum teh.
Kenapa butuh waktu yang sangat lama untuk membuat kata yang mendefinisikan upacara minum teh?
Jawabannya adalah karena isu politik dengan Jepan dan juga isu budaya dengan China. Karena kedua isu tersebut, banyak sekali ajaran lama orang Korea yang menghilang dan tidak pernah dicatat. Salah satunya adalah ajaran tentang upacara minum teh.
Lalu kita kembali ke tahun 1953 setelah Perang Korea. Ada seorang pria bernama Choi Beom Sul yang memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali budaya minum teh di Korea.
Dan langkah pertama yang ia lakukan adalah menemukan kembali seni minum teh yang hilang di Korea dengan cara mencarinya ke seluruh negeri. Setelah itu ia mencatatkan seni tersebut menjadi sebuah catatan agar bisa diteruskan dari generasi ke generasi.
Baca Juga : Apa Itu Hanbok: Sejarah dan Cara Memakainya
Setelah perjalanan panjang, pada tahun 1973 diterbitkanlah buku Panyaro atau The Korean Way of Tea. Buku ini berisi penjelasan tentang metode menyeduh teh yang diajarkan oleh Zen milik agama Buddha untuk meminum teh sehari-hari.
Ritual meminum teh ini sendiri digambarkan sebagai ritual untuk “memurnikan” dan “menguatkan” dan biasanya acaranya diselenggarakan di situasi dimana pembuat teh dan peminum teh dapat mengekspresikan rasa syukurnya dan menikmati kenaturalan serta kesederhanaan hidup lewat minum teh.
Tujuan Darye sendiri tidak hanya menjunjung nilai Zen dari Buddha tapi juga agar pelaku ritualnya merasakan ketenangan pikiran.
Jenis-Jenis Upacara Teh Darye
Nah upacara teh Darye itu juga ternyata ada berbagai macam jenis loh. Dan setiap jenisnya memiliki tujuan yang berbeda-beda dan juga suasanya upacaranya pasti berbeda-beda.
Secara sederhana, upacara Darye dibagi atas 3 jenis upacara :
Royale Darye
Upacara Royale Darye ini adalah upacara minum teh yang diselenggarakan di istana kerajaan dan di depan sang raja. Upacara ini biasanya berlangsung selama 8 jam dan uniknya di upacara ini sang raja tidak meminum teh yang disajikan. Alasannya adalah untuk mencegah karena bisa saja teh yang disajikan sudah diracun.
Seonbi Darye
Seonbi Darye adalah upacara yang diadakan dengan orang-orang pintar di Korea atau biasanya disebut dengan sarjana. Mereka adalah orang-orang berpendidikan tinggi dan dianggap sangat pintar pada masa itu.
Upacara Seonbi ini biasanya hanya diikuti oleh laki-laki, tapi wanita juga diperbolehkan ikut. Dan uniknya upacara ini biasanya diselengarakan dengan sangat tenang dan hening.
Friends Darye
Yang ketiga dan yang terakhir adalah Friends Darye. Seperti namanya, upacara ini dilakukan bersama dengan teman-teman atau kerabat. Dari ketiga jenis Darye, upacara ini merupakan upacara yang paling santai karena merupakan upacara informal.
Pelaksanaan Upacara Darye
Dalam pelaksanaan Darye, ada berbagai peralatan yang harus disiapkan. Mulai dari gelas teh, teko teh, mangkuk pendingin, mangkuk besar, alas gelas, sendok teh, handuk teh hingga alas teh.
Dan sebagai gambaran, kira-kira seperti ini tata cara pelaksanaan upacara Darye :
- Pembuat teh berlutut di lantai di samping meja kecil pendek dimana di atasnya terdapat semua peralatan membuat teh, dan tamu duduk berlawanan dengan pembuat teh. Bantal duduk yang terletak paling kanan dari pembuat teh ditujukan ke orang paling tua atau paling dihormati saat upacara.
- Pembuat teh menghangatkan teko dan mangkuk, memasukan teh ke dalam teko dengan sesuai, menambahkan sedikit air panas untuk menyuci teh hijaunya dan kemudian dengan cepat membuat air tersebut. Air panas kemudian dituangkan ke mangkuk dan pembuat teh akan menunggu air tersebut cukup dingin untuk dimasukan ke teko teh. Saat sudah cukup dingin, air tersebut dituangkan ke teh dan tunggu 20-30 detik.
- Untuk memisahkan daun dan air dan agar tidak terlalu menyeduh tehnya, pembuat teh menuangkan teh dari teko ke mangkuk dan dari sana baru disajikan ke masing-masing tamu.
- Tamu harus menggunakan kedua tangannya untuk menahan mangkuk yang dituangkan teh oleh pembuat teh. Kemudian tamu memeriksa tehnya dengan cara mencium dan mencicipi tehnya.
- Langkah-langkah ini dilakukan berulang sampai tamu merasa sudah cukup meminum tehnya.
Upacara Minum Teh Korea di Jaman Modern
Di jaman modern, upacara minum teh Korea atau Darye masih terus dilakukan dan menjadi tradisi budaya yang masih dilestarikan hingga sampai saat ini. Banyak tempat yang menyediakan kursus pelatihan Darye dan banyak juga anak muda yang tertarik dengan upacara ini.
Tapi di jaman sekarang Darye berkembang untuk menyesuaikan kesukaan masing-masing individu. Misalnya dengan menambahkan jenis teh baru dan menggunakan teknik baru tapi tidak menghilangkan nilai tradisional dan budaya yang dimiliki oleh upacara ini.
Kesimpulan
Darye memiliki sejarah yang sangat panjang dan rumit karena budaya ini sempat hilang. Maka dari itu banyak orang yang berusaha untuk terus menjaga budaya ini sekarang agar tidak kembali hilang.
Darye merupakan bagian yang sangat penting dari sejarah dan budaya Korea Selatan. Budaya ini merefleksikan penghormatan terhadap tradisi, kesadaran diri dan kedamaian jiwa.